Diceritakan
dahulu kala terdapat seekor elang dan seekor ayam yang bersahabat
bersama. Meskipun sang elang dapat menerkam ayam, tapi hal itu tidak
dilakukannya, dan mereka pun memilih bersahabat bersama.
Setiap kali sang elang terbang, si ayam selalu lari pontang-panting.
Terkadang si ayam baru terbang sedikit, tapi sudah ngos-ngosan dan elang
pun merasa kasihan.
Suatu ketika si ayam meminta sang elang untuk mengajaknya terbang
tinggi sampai ke ujung langit dan sang elang pun menyetujuinya. Tapi
sayangnya, belum sampai diujung langit si ayam sudah mulai takut akan
ketinggian, perutnya mual dan ia mendesak sang elang untuk
menurunkannya.
Begitu turun, sampailah mereka di sebuah peternakan dan bertemu
dengan paman sapi. Paman sapi ini sangat baik sekali dan rela berbagi
makanan dengan si ayam. Si ayam pun heran, kok ada yah tempat yang
begitu enaknya seperti ini? Tidak perlu berburu untuk mencari makan,
semuanya sudah tersedia dengan melimpah di sini.
Begitu sang elang mengajak ayam untuk terbang lagi, si ayam pun
menolak. Pikirnya buat apa bersusah payah melawan ketinggian demi
mencari makan, toh di peternakan ini semuanya sudah tersedia dengan
melimpah. Sejak saat itu persahabatan mereka pun berakhir, sang elang
memutuskan untuk terbang lebih tinggi lagi dan si ayam pun memutuskan
untuk tinggal dengan jaminan makanan yang ada di peternakan itu.
Suatu ketika, si ayam mendengar bahwa ibu petani ingin makan ayam
hari itu. Mendengarnya, si ayam pun lari pontang-panting, namun apa daya
badannya yang kegemukan karena banyak makan tak mampu membawanya pergi
jauh. Akhirnya si ayam pun tertangkap dan berakhir di meja makan.
Manakah jiwa yang anda pelihara?
Dari cerita di atas, kita dapat mengambil pelajan, “hewan” seperti
apakah yang sedang anda pelihara di dalam jiwa anda? Apakah anda sedang
memelihara elang? atau memelihara ayam?
Elang adalah hewan yang sangat susah dikandangkan, ia memilih berburu
sendiri dan terbang semakin tinggi ketika badai datang. Elang adalah
simbol pejuang, entrepreneur dan para professional yang berkelana dengan
helicopter view untuk selalu mencari tantangan baru yang dapat
membuatnya terbang lebih tinggi. Ia mampu menerkam peluang secepat
kilat, larinya cepat, DNA-nya terbentuk dari mengamati, belajar dan
berbuat. Elang adalah risk taker, penjelajah yang berani meski berangkat
sendirian.
Sedangkan ayam adalah makhluk kandangan. Ia lebih senang berada pada
zona nyaman yang membuat mereka “aman” dengan segala fasilitas yang
diberi, yang membuat mereka tetap bisa bermalas-malasan tanpa evaluasi
dari pihak lain. Sekelompok ayam ini bisa kita lihat dari kebanyakan
mereka yang bekerja di sektor pelayanan pemerintah. Walaupun diberi
makanan yang berkecukupan, ayamnya kurus, kerjanya malas, matanya redup
dan terkadang tiduran.
Saya tidak berkata bahwa semua yang bekerja di sektor pelayanan
pemerintah itu bermental ayam, tapi sejauh yang saya temui sampai saat
ini, kebanyakan penghuninya bermental ayam seperti yang saya jelaskan di
atas.
Untuk itu, janganlah mudah kita
dimanjakan keadaan yang lama-lama membuat kita bermental ayam.
Terbanglah setinggi mungkin, tangkap peluang secepat kilat dan beranilah
mengambil resiko untuk berburu sendirian. Semoga kita semua mampu
memelihara elang di dalam jiwa kita.